iklan

Iklan

1 ibu bisa menjaga 10 anak, tapi 10 anak belum tentu bisa menjaga 1 ibu

300x600 adsense
336x280 adsense
Sebagai seorang dokter saya seringkali menemui pasien (orang tua) yang datang sendiri memeriksakan dirinya ke dokter dan bahkan mereka harus dirawat seorang diri ketika harus menjalani rawat inap lantaran anak-anak mereka sibuk dengan kegiatannya masing-masing. Dari beberapa yang saya temui kondisinya tidak terlalu memprihatinkan namun banyak juga yang kondisinya maaf "seperti ditelantarkan" oleh anak-anak mereka. Dari sanalah akhirnya saya mencoba membuat beberapa tulisan dari pengalaman saya bertemu pasien-pasien sepuh yang kurang mendapat perhatian dari anak-anak mereka. Cerita-cerita ini semoga membuat kita (anak) makin berbakti pada orang tua di sisa akhir hayat mereka.
1 ibu bisa menjaga 10 anak, tapi 10 anak belum tentu bisa menjaga 1 ibu
Cerita pertama dimulai ketika beberapa waktu lalu saya merawat seorang ibu/nenek yang sudah sepuh. Beliau sudah lemah dan sakit karena memang usianya yang sudah renta. Ketika setiap hari saya kunjungi beliau, beliau selalu memanggil saya, "Nak, terima kasih sudah nengokin Simbah." Begitu terus ucapannya setiap kali saya datangi beliau.

Sudah 2 hari lamanya nenek itu saya rawat dan saya lihat hanya seorang ibu-ibu yang selalu menjaganya dan tampak beberapa orang silih berganti menjenguk beliau. Suatu ketika saya iseng bertanya ke ibu penjaga tadi, "Bu, maaf putranya Ibu "N" (pasien) tadi kok ga ada yang nungguin?"

Ibu itu diem sebentar lalu menarik saya keluar. "Nah itu Mas Dokter yang bikin si Ibu sakit. Selalu mikirin anaknya yang jarang sekali pulang untuk jenguk beliau."

"Lho la emang putranya berapa to?"

Ibu tadi menjawab, "Ada 7, Mas Dokter. Ada yang di luar pulau dan luar negeri. Singkat cerita memang anak-anaknya sukses semua dan sangat sibuk sehingga jarang bisa pulang. Nah, kemarin kata Simbah lihat Mas Dokter udah kaya lihat anaknya sendiri makanya beliau seneng dirawat sama njenengan."

Aduhh tersipu malu dalam hati :)

Hari berlalu dan tak terasa sudah 5 hari Nenek tadi masih belum juga sembuh dan kondisinya masih lemah. Akhirnya saya lihat ini memang ada faktor psikis yang membuat nenek tadi kondisinya tak kunjung membaik. Lalu saya berinisiatif untuk menelepon beberapa putra beliau yang ada di luar kota untuk datang. Namun begitu kaget dengan jawaban mereka, "Maaf Dok, kami benar-benar sedang sibuk dengan pekerjaan kami. Tolong Pak Dokter obati saja ibu kami. Untuk biaya dll jangan kuatir, kami yang akan tanggung. Insaallah kami akan pulang saat lebaran nanti, Dok!" Begitulah jawaban mereka.

Banyak orang yang tidak menyadari bahwa gangguan psikis seseorang dapat berakibat pada gangguan di tubuh kita mulai sistem kekebalan tubuh, sistem pencernaan, peredaran darah dan sistem organ yang lain. Sehingga jika problem psikis tidak dapat diselesaikan dengan baik, maka kondisi si sakit tentu juga akan sulit mengalami perbaikan.

Karena tidak ada tanggapan positif dari putra-putri beliau ya terpaksa akhirnya kami tim medis yang setiap hari berusaha menghibur nenek tadi. Alhamdulillah saya merasa malah dapat nenek baru karena simbah selalu mengajak saya cerita panjang lebar mengenai kelucuan anak-anaknya di waktu kecil hingga perjuangannya menyekolahkan anak-anaknya hingga sukses seperti sekarang.

Di setiap akhir cerita si Nenek selalu mengungkapkan satu keinginan bahwa dia hanya ingin bisa ada di dekat anak-anaknya ketika suatu saat Malaikat Maut menjemput beliau. Ketika saya tanya, "Kok ga ikut salah satu putra Mbah?" si Nenek menjawab nanti tidak ada yang ngurus makam simbah kakung, ga ada yang bersihkan rumah pusaka simbah kakung. Betapa cintanya beliau pada mendiang suami hingga tak mau untuk meninggalkan rumah dan ikut dengan anak-anaknya yang notabene telah jadi orang sukses.

Satu pelajaran berharga pada cerita di atas adalah bahwasanya benar adanya jika "SATU Orang Tua Bisa Merawat 7-10 Anak sekaligus, Namun Belum Tentu 7-10 Orang anak Bisa Merawat SATU Orang Tua". Setidaknya itulah yang beberapa kali saya temukan pada beberapa orang tua yang saya rawat ketika sakit selama ini.

Yah, harapan orang tua sebenarnya tidak terlalu muluk-muluk pada anak-anak mereka. Bukan harta benda yang mereka inginkan, karena apa yang mau dipamerkan dengan harta bahkan untuk bersolek atau memamerkan harta mereka saja sudah begitu payah karena usianya yang telah renta, tubuhnya yang lemah dan nafasnya yang sering sesak.

Beberapa orang tua yang saya temui hanya menginginkan anak-anak mereka selalu dalam keadaan sehat dan baik, bisa menyentuh mereka, bisa mendengar suara mereka, bisa memeluk mereka bahkan jika bisa mereka ingin menyuapi anak-anak mereka yang telah dewasa. Karena jika Anda tahu, sebesar atau sedewasa apa pun kita sekarang, para orang tua kita akan selalu memandang kita seperti kita anak kecilnya yang dulu digendong dan diperhatikan dengan penuh kasih sayang.

Terakhir, jangan sampai Anda menyesali ketika Anda tak punya lagi kesempatan untuk bisa mencium tangan dan kaki orang tua Anda karena mereka telah tiada. Jika disadari tak akan mungkin kita bisa membalas semua perjuangan mereka pd kita. Jadi jangan sia-siakan waktu yang tersisa dengan ketidakpedulian kita kepada orang tua. Karena kesuksesan Anda di dunia tak pernah sedikit pun lepas dari doa restu orang tua, ibu dan ayah kita.

Berbahagialah wahai engkau yang masih memiliki orang tua, berbahagialah wahai engkau yang bisa selalu dekat dan mencium tangan orang tua kita, berbahagialah wahai engkau yang bisa menjaga orang tua kita, menyuapi mereka, membersihkan badan mereka, menggantikan baju mereka, bahkan membersihkan kotoran mereka orang tua kita yang sudah renta dan tinggal menunggu giliran ketika Allah memanggil mereka.

Please share, hanya sedikit berbagi sekaligus pengingat bagi diri saya sendiri dan kita semua yang masih seringkali mengabaikan orang tua kita.

Salam,
dr. Wahyu Triasmara
336x280 adsense dan 300x250 adsense

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "1 ibu bisa menjaga 10 anak, tapi 10 anak belum tentu bisa menjaga 1 ibu"

Posting Komentar

STAY WITH US